KABAR GARUT - Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan fenomena perbedaan harga barang antara satu negara dengan negara lainnya, padahal jenis barangnya bisa terbilang sama. Misalnya, di Indonesia, untuk seporsi nasi goreng ayam dan segelas teh tarik, kamu cuma perlu merogoh kocek sekitar Rp15.000, sedangkan di Singapura, kamu bisa dikenakan biaya sebesar 7 dolar Singapura atau setara dengan Rp112.000.
Contoh lainnya, di Indonesia kamu bisa menikmati sushi dengan harga sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000, sedangkan di Jepang, harga sushi yang setara bisa mencapai 1000 hingga 2000 Yen atau sekitar Rp112.000 hingga Rp225.000.
Kenapa bisa begitu ya? dikutip dari bebagai sumber, hal itu bisa terjadi karena adanya perbedaan nilai mata uang di setiap negara. Lalu, yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa nilai mata uang setiap negara bisa berbeda-beda? Sebelum itu, mari kita simak penjelasan tentang mata uang.
Mata uang adalah satuan harga yang digunakan oleh setiap negara sebagai alat pembayaran untuk membeli atau menjual barang dan jasa.
Seperti halnya Indonesia memiliki rupiah sebagai mata uangnya, Amerika dengan dollar, Jerman dengan Euro, Inggris dengan Poundsterling, dan negara lainnya dengan mata uang mereka masing-masing. Namun, sebenarnya ada beberapa negara dengan penggunaan jenis mata uang yang sama.
Lalu, apa yang membedakan antara mata uang satu negara dengan yang lainnya? Yang membedakan adalah nilainya, atau nilai tukar mata uangnya.
Nilai tukar mata uang inilah yang kemudian disebut sebagai kurs. Kurs adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai mata uang di setiap negara:
Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi memiliki pengaruh besar terhadap nilai tukar mata uang. Tingkat inflasi yang rendah cenderung membuat nilai tukar mata uang menjadi lebih kuat, sementara tingkat inflasi yang tinggi dapat melemahkan nilai tukar mata uang.