Tajir Melintir: Apakah Benar Orang Kaya Bebas dari Utang?

- 15 Juni 2024, 08:00 WIB
Elon Musk, Chief Executive Officer SpaceX dan Tesla serta pemilik X terlihat saat menghadiri Milken Conference 2024 Global Conference Sessions di The Beverly Hilton di Beverly Hills, California, AS, 6 Mei 2024.
Elon Musk, Chief Executive Officer SpaceX dan Tesla serta pemilik X terlihat saat menghadiri Milken Conference 2024 Global Conference Sessions di The Beverly Hilton di Beverly Hills, California, AS, 6 Mei 2024. /REUTERS/David Swanson/File Photo

KABAR GARUT - Orang kaya sering kali diasosiasikan dengan kemampuan finansial yang luar biasa, tetapi adakah mereka benar-benar bebas dari utang? Pertanyaan ini mengundang pemikiran mendalam mengenai konsep kekayaan dan pengelolaan keuangan. Stereotip tentang kekayaan sering kali mencitrakan bahwa orang kaya tidak hanya memiliki banyak uang, tetapi juga tidak memiliki utang. Namun, realitanya seringkali lebih kompleks daripada itu.

Definisi Kekayaan yang Luas

Kekayaan tidak hanya terbatas pada jumlah uang dalam rekening bank seseorang. Menurut Robert T. Kiyosaki, dalam bukunya Cashflow Quadrant, kekayaan sebenarnya diukur dengan jumlah hari di mana seseorang dapat hidup tanpa harus bekerja secara fisik, tetapi masih bisa mempertahankan gaya hidup yang diinginkan. Ini menunjukkan bahwa kekayaan melibatkan pengelolaan sumber daya finansial dengan cerdas dan tidak hanya sekadar akumulasi uang.

Lantas, bagaimana orang kaya menjaga agar uangnya tidak habis?

Tentunya, orang-orang kaya menghabiskan uang lebih banyak daripada kita untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Salah satu kunci yang dipegang teguh oleh mereka adalah bahwa uang adalah alat untuk menghasilkan kekayaan lainnya. Mereka memandang uang sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan yang bisa menambah kekayaan yang mereka miliki. Mereka bahkan tidak segan untuk berutang guna mengambil kesempatan untuk menambahkan penghasilan.

Utang sebagai Mekanisme Finansial

Utang adalah mekanisme meminjam dana dari pihak lain yang pencairannya berdasarkan persetujuan atau jaminan, dan memiliki masa jatuh tempo. Sistem keuangan yang ada saat ini pun berawal dari utang. Dulu, uang adalah bentuk surat utang dari pihak bank terhadap pemilik emas yang dicetak di sebuah kertas sebagai jaminan atas kepemilikan emas yang ada di bank.

Utang saat ini menjadi cara untuk memperoleh dana dengan jumlah dan tujuan tertentu dengan menjaminkan aset yang dimiliki. Misalnya, surat berharga, bukti kepemilikan, atau logam mulia. Meskipun memperoleh utang memerlukan jaminan yang tidak mudah, banyak orang tetap berani berhutang. Untuk memahami alasan ini, kita perlu memahami tujuan dari utang itu sendiri.

Jenis Utang Berdasarkan Tujuan

Secara umum, ada dua jenis utang berdasarkan tujuan penggunaannya:

  1. Utang Produktif: Utang ini digunakan untuk meningkatkan nilai dan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang, baik berupa keuntungan hasil usaha atau pertambahan nilai aset. Contohnya adalah modal untuk UMKM, modal untuk industri rumah tangga skala kecil atau menengah, dan lain sebagainya.

  2. Utang Konsumtif: Utang ini digunakan untuk keperluan yang bersifat konsumsi, baik berupa kebutuhan atau keinginan pribadi, dan tidak menghasilkan nilai tambah di masa yang akan datang. Namun, utang ini memberikan nilai lebih bagi kehidupan kita secara pribadi. Misalnya, untuk membeli gadget, modal nikah, atau utang untuk liburan.

Studi Kasus Elon Musk

Seorang Elon Musk memiliki hutang meskipun kekayaannya lebih besar dari APBN Indonesia. Namun, jika diteliti lebih jauh, kekayaan Elon Musk sebagian besar berbentuk aset tidak lancar seperti mayoritas saham di perusahaan miliknya, seperti Tesla, SpaceX, Neuralink, dan OpenAI. Tujuan Elon Musk menjaga asetnya dalam bentuk mayoritas saham adalah agar bisa menjalankan visi dan misinya tanpa interupsi dari berbagai pihak. Dengan kata lain, Musk menggunakan kekayaannya untuk menjaga idealisme dan mencapai tujuannya.

Halaman:

Editor: Ilham Fauzan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini