Legenda Perintah Sri Baduga Maharaja: Warga Cinyasag di Ciamis Dilarang Makan Daging Kijang, Ini Kisahnya!

- 14 Maret 2024, 15:32 WIB
Ilustrasi hewan kijang
Ilustrasi hewan kijang /iStock/Getty Images

KABAR GARAUT - Desa Cinyasag, sebuah kawasan yang terhampar indah di Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, memiliki cerita yang menggugah imajinasi sekaligus menyimpan pesan yang mendalam. Di tengah hamparan alam yang memikat, terdapat sebuah legenda tentang larangan memburu dan mengonsumsi daging kijang yang telah diwariskan dari zaman Sri Baduga Maharaja Rangga Wahana.

Dalam kisah yang diungkapkan oleh Asep Gumelar, seorang tokoh masyarakat dan kuncen situs Budaya Ceker Kijang Gunung Layang, larangan tersebut berasal dari perintah Raja Galuh Sri Baduga Maharaja Rangga Wahana sendiri.

Sebelum menghilang secara misterius setelah melakukan semedi di atas batu Ceker Kijang, untuk menyusul permaisurinya yang menjelma menjadi Kijang setelah melanggar titahnya untuk tidak mencoba baju kebesaran kerajaan yang dibuatnya. Sejak itu Sang Raja memerintahkan agar prajuritnya tidak lagi memburu dan mengonsumsi daging kijang.

Menurut Asep, larangan ini bukanlah semata-mata aturan biasa. Ia diyakini sebagai warisan spiritual yang mengikat, dimana melanggarnya dapat berakibat pada kutukan atau petaka bagi pelanggar. Sejak saat itu, masyarakat Desa Cinyasag masih memegang teguh larangan tersebut.

”Sampai saat ini warga Desa Cinyasag ditabukan untuk berburu Kijang apalagi untuk memakainya, karena kalau mau mencoba takut kena kutukan atau petaka pada dirinya," kata Asep belum lama ini.

Namun, cerita legenda tidak berhenti sampai di situ. Di sekitar hutan Gunung Layang, yang berada di wilayah Desa Cinyasag, sering kali terlihat kijang- kijang yang seolah menggoda untuk diburu. Fenomena ini menambah misteri dalam kisah larangan memburu kijang, seolah-olah menguji kesetiaan dan keteguhan hati masyarakat setempat dalam mematuhi perintah sang Raja.

Lebih lanjut Asep mengungkapkan, tidak hanya larangan terhadap kijang, tetapi masyarakat Cinyasag juga diyakini memiliki larangan lainnya. Mereka tidak diperbolehkan mengambil kayu atau ranting dari hutan di sekitar Gunung Layang, di mana sang Raja diyakini menghilang. "Pelanggaran terhadap larangan ini diyakini akan menarik karma buruk, seperti penyakit atau pertemuan dengan makhluk gaib seperti harimau dan ratu ular naga," ujarnya.

Kisah ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan kepercayaan masyarakat Desa Cinyasag. Setiap larangan memiliki makna mendalam yang tidak hanya menyangkut aspek fisik, tetapi juga spiritual dan kearifan lokal. Dengan memegang teguh nilai-nilai yang telah diwariskan oleh leluhur, mereka menjaga harmoni antara manusia dan alam.***

 

 

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x