Mengintip Tradisi 'Mupunjung' dalam Menyambut Bulan Ramadhan di Desa Karangampel, Kabupaten Ciamis

- 4 Maret 2024, 15:52 WIB
Warga Desa Karangampel, Kabupaten Ciamis sedang melaksanakan "Mupunjung" di Makam Keramat Kiai Malang Karsa. Kegiatan ini sebuah tradisi turun temurun dalam menyambut bulan Ramadhan
Warga Desa Karangampel, Kabupaten Ciamis sedang melaksanakan "Mupunjung" di Makam Keramat Kiai Malang Karsa. Kegiatan ini sebuah tradisi turun temurun dalam menyambut bulan Ramadhan /Endang SB/Kabar Priangan.com

KABAR GARUT - Di Desa Karangampel, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat terdapat sebuah tradisi yang telah turun-temurun dijalankan oleh warganya setiap Senin terakhir menjelang bulan suci Ramadhan, yakni tradisi "Mupunjung". Lokasi pelaksanaan tradisi ini tak lain adalah di Situs Kiai Malangkarsa, sebuah makam keramat yang dihormati sebagai tempat peristirahatan salah satu tokoh penyebar agama Islam pertama di desa tersebut.

Tradisi ini diikuti oleh ratusan warga, yang tidak hanya merupakan keturunan dari Kiai Malang Karsa sendiri, melainkan juga oleh tokoh ulama dan unsur pemerintah desa setempat. Antusiasme mereka dalam mengikuti rangkaian tradisi ini menjadi bukti kuat dari kecintaan dan kebanggaan terhadap warisan leluhur.

Baca Juga: Sambut Ramadhan 1445 H, Para Pedagang di Alun-alun Ciamis Gelar Acara Munggahan: Nasi Liwet Menu Utamanya!

Mupunjung diadakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala rezeki yang telah dilimpahkan. Acara ini dimulai dengan doa bersama di makam Kiai Malangkarsa, dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat, yang kemudian dilanjutkan dengan makan nasi tumpeng bersama. Kegiatan ini tidak hanya merupakan bentuk dari kegiatan keagamaan, tetapi juga sebagai cara untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Kepala Desa Karangampel, Asep Yudi Ruhyana, menekankan pentingnya pelestarian tradisi ini. "Upacara adat ini sudah dilangsungkan sejak dulu, sejak zaman nenek moyang, tentunya sebagai penerus wajib melestarikan tradisi ini jangan sampai hilang dan terlupakan," ujarnya.

Lebih lanjut, Asep menjelaskan bahwa tradisi Mupunjung mengandung filosofi dan makna yang mendalam. Selain untuk menjaga dan melestarikan tradisi leluhur, kegiatan ini juga bertujuan sebagai sarana silaturahmi antar warga serta saling memaafkan menjelang bulan suci Ramadhan.

Baca Juga: 20 rekomendasi ide bisnis yang bisa menguntungkan Selama Bulan Puasa

"Banyak hikmah yang dapat diambil dari Mupunjung ini, masyarakat berkumpul sambil silaturahmi kemudian berdoa bersama. Setelah itu makan bersama saling berbagi, di situlah letak kebersamaan yang terus kita jaga sampai sekarang," tambahnya.

Tradisi Mupunjung bukan hanya sekedar upacara adat, tetapi juga sarana pelestarian budaya dan spiritualitas komunitas. Ini adalah contoh bagaimana tradisi dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, serta sebagai fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih bersatu dan harmonis, terutama dalam menyambut bulan penuh berkah, Ramadhan.***

Halaman:

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x